Resensi Buku Ijtihad Membangun Basis Gerakan (Amin Sudarsono)
Judul Buku : Ijtihad Membangun Basis Gerakan
Penulis : Amin Sudarsono
Penerbit : Muda Cendekia
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 239
Buku yang berjudul Ijtihad Membangun Basis
Gerakan ini ditulis oleh Amin Sudarsono yangmana merupakan seorang kader KAMMI yang menjadi ketua
departemen kajian strategis KAMMI Pusat
periode transisi 2009-2010. Selain itu, beliau juga pernah bekerja menjadi
wartawan di Banjarmasin Pos dan editor Majalah Rumah Lentera milik Rumah Zakat
Indonesia Bandung. Jadi, penulisan buku ini berdasarkan pada pengamatan dan
pengalaman penulis sendiri yang ditulis dengan kemampuan menulisnya yang dapat
dikatakan sudah berpengalaman dalam dunia kepenulisan.
Buku ini terdiri dari Porolog, empat bagian isi
(Refleksi Kelahiran, Software Gerakan, Hardware Gerakan, dan Ceruk Penutup),
dan Epilog.
Buku ini dibuka dengan Prolog yang berisi
tulisan dari Habib Nabil Fuad Al Musawa. Salah satu kutipannya yaitu “Keberadaan
pemuda dalam kehidupan kemanusiaan sangat penting, karena mereka potensial
untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia. Pemuda adalah calon pemimpin
masa datang. Merekalah yang akan merubah umat, menjadi baik dan jaya atau menjadi
sebaliknya”
Pada bagian satu: Refleksi Kelahiran,
menjelaskan tentang bagaimana sejarah KAMMI bisa terbentuk dimulai dari
normalisasi yang tak normal yang terjadi di lingkup kampus saat itu. Dimana
pemerintah membuat peraturan yang membatasi kegiatan mahasiswa dikarenakan
pengkritikan secara terus menerus yang dilakukan mahasiswa terhadap
pemerintahan era 1980-an, dengan cara menjadikan kampus sebagai karantina
politik yangmana melarang organisasi mahasiswa terlibat dalam politik praktis.
Sehingga, saat itu pemerintahan mahasiswa seperti DEMA, SEMA, dan sejajarannya
ditiadakan di kampus-kampus. Diganti dengan himpunan mahasiswa yang hanya
berfokus dengan kegiatan-kegiatan akademik yang fokus ke jurusan/fakultas.
Sehingga, hal tersebut menghasilkan mahasiswa hanya fokus terhadap akademik
tanpa memperhatikan tugasnya sebagai penyambung aspirasi rakyat.
Dari permasalahan tersebutlah, lahirlah suatu
gerakan mahasiswa yang embrionya ada di masjid-masjid kampus. KAMMI muncul dari
basis kampus dan bergerak ke masjid, memiliki massa yang besar dan jaringan
yang kuat.
Pada bagian dua: Software Gerakan,
menjelaskan tentang beberapa hal yang saling berkaitan, yaitu; 1) Ideologi
Gerakan, 2) Intelektual Profetik, 3) Muslim Negarawan, 4) KAMMI dan Perubahan
Sosial, 5) Gerakan Dakwah Muslimah KAMMI.
Pada bagian ini, menjelaskan tentang KAMMI yang
tidak hanya bermodalkan intelektual namun juga spiritual. Karena KAMMI
menjadikan Islam sebagai sistem dan ideologi dalam menjalani kehidupan, dan
menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan sehingga mendorong para kader untuk
menjadi kaum intelektual yang membawa misi kenabian. Sehingga, ilmu yang
diperoleh dapat ditransformasikan dalam realitas sosial dan menjadikan Muslim
Negarawan sebagai tujuan dari para kader dalam gerakan ini.
Setelah menjelaskan tentang karakter Muslim
Negarawan, penulis melanjutkan pembahasan mengenai KAMMI dan perubahan sosial dimana
KAMMI tak boleh lepas dari hal itu dan harus menjadi inisiator secara pasif
sebagai solusi dari permasalahan dalam perubahan sosial tersebut, serta dialog
dan tantangan ghazwul fikri. Dan pada poin terakhir dalam bagian ini, penulis
menjelaskan mengenai gerakan dakwah Muslimah KAMMI. Dimana posisi Muslimah
dalam gerakan dakwah, dan bagaimana kesetaraan gender dalam pandangan KAMMI.
Selanjutnya, bagian tiga: Hardware Gerakan,
menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang menjadi bukti nyata dari visi KAMMI
yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu; 1) Pemerintahan Mahasiswa, 2)
Demonstrasi dan Aksi Masa, 3) Manajemen Forum dan Persidangan, 4) Propaganda
dan Media Massa, 5) Advokasi Anggaran.
Pada bagian ini, penulis menjelaskan hal-hal
mengenai kegiatan-kegiatan tersebut terutama yang paling terlihat dari KAMMI
ialah aksi yang biasa dijalankannya. Dalam poin tersebut, dijelaskan bagaimana
aksi dijalankan, misalnya unsur-unsur yang harus ada dalam aksi, hingga adab
dan mekanisme syuro untuk menentukan konsep aksi itu sendiri. Mulai dari
pengangkatan isu, aksi di lapangan, hingga evaluasi.
Yang terakhir adalah bagian empat: Ceruk
Penutup, berisikan hasil elaborasi penulis atas realitas sosial religius
masyarakat dengan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan mengenai
khilafah, ukhuwah harakiyyah, dan lain-lain.
Buku ini ditutup dengan Epilog yang berisi
tulisan Alamsyah Saragih yang berjudul “Cari Medan Baru Paska Gerakan
Mahasiswa”. Salah satu kutipannya yaitu “KAMMI Tampaknya sedang mengalami
perubahan, karena KAMMI masuk ke semua lini, KAMMI sedang bereksplorasi. Ini
mestinya jadi tantangan baru. Kalau ingin KAMMI menjadi mata air bagi perubahan
yang sesungguhnya belum kita rasakan sejak kemerdekaan sekalipun. Kader KAMMI
sangat banyak, sementara medan politik terlalu sempit, KAMMI harus mencari
medan baru dan menjadi leader di bidang itu.”
Naila Dhiya Izzatina
Tangerang Selatan, 1 Februari 2023
Komentar
Posting Komentar