Buat Apa Kuliah?

 "Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak"

"Untuk bisa bekerja di perusahaan besar"

"Untuk bisa berpenghasilan di atas UMR"

Mungkin seperti itulah kebanyakan jawabannya.

Jika ditanyakan pertanyaan seperti ini kepada Presiden atau Mendikbudristek maka tentu saja jawabannya untuk bekerja. Karena, sejak awal visi presiden adanya pendidikan tinggi adalah untuk menghubungkan pendidikan dengan industri. (Eksplisit ujar Presiden)

Dalam filsafat pendidikan, hakikatnya bukanlah itu!

Saat ini kita sedang menempuh pendidikan, bukan pengajaran. Jika sekedar pengajaran, menyimak dari YouTube pun kita bisa tahu. Tapi, kita bukan hanya diajar, kita dididik. Sayangnya substansi pendidikan itu telah hilang. Sehingga dalam pandangan presiden dan mendikbudristek, setelah kuliah ya kerja-kerja-kerja! Oleh karena itu, ada Kampus Merdeka, dimana mahasiswa diminta untuk magang atau sejenisnya, sehingga setelah lulus kuliah bisa langsung bekerja.

Adab seorang penuntut ilmu ialah tidak memikirkan "akan jadi apa saya nanti". Tapi, fokus terhadap ilmu yang kita cari. Seorang Kyai pernah berpesan:

"Jangan pernah berfikir nanti ketika sudah lulus dari pondok akan jadi apa. Tapi fokuslah untuk belajar, menimba ilmu, memasrahkan diri untuk dididik sehingga akhlaknya terbentuk. Bukan untuk pekerjaan"

Salah satu tujuan kita kuliah ialah untuk menertibkan pola fikir. Oleh karena itu kita dilatih dengan skripsi. Dari sana diketahui bagaimana cara kita berfikir.

Mahasiswa punya tugas moral. Sejak dulu,  para cendekia adalah orang yang paling pertama tahu mengenai suatu persoalan. Semakin kita berpendidikan, semakin kita kuliah, semakin banyak proses yang kita lalui. Yaitu proses kita menyerap ilmu agar menjadi seseorang yang arif. Orang yang arif adalah orang yang tahu dan bisa mengidentifikasi persoalan Bangsa ini. Bisa bersikap kritis, bisa mencari solusi, dan bisa bertindak secara benar. Jika selama ini kita belum bisa mengidentifikasi suatu masalah, maka sudah benarkah kita kuliah selama ini? Itu pertanyaannya.

Setiap zaman selalu menunggu mahasiswa bergerak. Mahasiswa selalu diharapkan karena mereka ibarat penggedor yang bisa merobohkan pintu-pintu kedzaliman.

Orang-orang banyak yang mencanangkan wacana keislaman di kampus-kampus adalah mahasiswa. Para pelopor kebanyakan adalah mahasiswa. Mahasiswa tidak punya modal apa-apa selain keintelektualitasannya.

Dalam Islam, Allah tidak meminta kita untuk berhasil. Tapi Allah meminta kita untuk berusaha, berikhtiar, dan berpihak pada yang benar.

Seorang Dosen pernah berkata:

"Kuliah ga selalu tentang kalau lulus nanti kerja apa? Tapi, dengan kuliah adalah salah satu bentuk mendalami ilmu-ilmu Allah, mencinta ilmu-ilmu-Nya, mewarisi tradisi keislaman para ulama, menjadi pelayan dan mengabdi pada umat, serta mengisi pos-pos yang masih sedikit di dunia keilmuan Islam. Semua ini lebih mulai daripada sebatas imbalan gaji yang tidak pernah cukup itu".


Tulisan ini dikutip dari pembahasan materi MK Klasikal "Sejarah dan Perkembangan Gerakan Mahasiswa di Indonesia" 1 Juli 2021 dan wejangan dari seorang Dosen di Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidakkah Kau Gelisah?

Meninggalkan 2022

Karakter Para Sahabat