Abu Ma'laq: Kisah Do'a yang Menggetarkan Langit

        Seberapa sering kita berdo’a tapi do’a yang kita panjatkan tak kunjung terkabul? Apakah kita pernah berfikir, apakah do’a kita sudah benar? Atau apakah diri kita sudah pantas untuk mendapatkan jawaban dari do’a-do’a yang pernah kita panjatkan? Pernahkan kalian mendengar kisah seorang sahabat bernama Abu Ma’laq yang mendapatkan pertolongan Allah karena do’anya menggetarkan langit?

Anas bin Malik pernah bercerita tentang sahabat Rasulullah SAW bernama Abu Ma’laq yang pernah mengalami peristiwa istimewa yang sangat menakjubkan untuk didengar kisahnya hingga hari ini.

            Peristiwa itu dimulai ketika Abu Ma’laq tengah mengadakan perjalanan dagang ke luar negeri yang saat itu dilakukan dengan mengendarai unta dan kuda melewati lembah dan bukit padang pasir. Abu Ma’laq saat itu sudah terkenal sebagai seorang pedagang yang tekun dan juga seorang Hamba Allah yang taat beribadah. Dalam keseharian, Abu Ma’laq selalu berusaha menjalani segala perintah Allah dan berusaha menjauhi semua larangan-Nya. Maka perpaduan ketekunan dan keshalihan ini membuat Abu Ma’laq menjadi pedagang yang jujur dan karenanya terus menerus beruntung. Dalam perjalanan kali ini, rupanya seorang perampok sudah mengintai kehadiran Abu Ma’laq. Dia melihat Abu Ma’laq membawa banyak harta dan hewan yang kuat. Begitu Abu Ma’laq mendekat, sang perampok segera menghunuskan pedangnya dan mengancam  Abu Ma’laq.

            “Kumpulkan dan berikan seluruh hartamu!” bentak sang perampok.

Dalam kondisi terjepit dan tidak ada teman yang dapat menolong, Abu Ma’laq pun menuruti perintah sang perampok. Dikumpulkannya hartanya dan diserahkannya kepada sang perampok, termasuk hewan tunggangannya. Abu Ma’laq mengira sang perampok akan membawa harta itu pergi, namun dia justru tampak mendekati Abu Ma’laq sambil tetap menghunuskan pedangnya.

“Nah, sekarang, aku akan membunuhmu” kata sang perampok dengan kejam.

Abu Ma’laq terkejut dan berkata dengan geram dan heran, “bukankah seluruh hartaku sudah kuserahkan kepadamu, mengapa kau masih bermaksud untuk membunuhku?”

“Hartamu memang sudah menjadi milikku. Tetapi aku akan tetap membunuhmu. Aku tidak bisa membiarkan seorang korban menjadi saksi hidup” jawab si perampok dengan keji.

Abu Ma’laq melihat kesungguhan di wajah keras sang perampok. Maka tahulah Abu Ma’laq tak ada lagi kesempatan untuk berkata-kata. Maka dia pun hanya bisa memasrahkan dirinya kepada Allah SWT semata.

“Izinkan aku sholat terlebih dahulu” ujar Abu Ma’laq dengan tenang.

“Baik, silahkan saja engkau sholat seberapapun engkau mau” tantang si perampok sambil setengah mengejek.

Maka Abu Ma’laq pun melaksanakan sholat 4 rakaat, dan di dalam sujud terakhirnya ia berdo’a kepada Allah: “Wahai Allah yang Maha Penyayang, pemilik ‘arsy yang Maha Mulia. Wahai yang Maha Berbuat apapun yang engkau kehendaki, aku memohon dengan keperkasaanMu yang tak tertandingi, kekuasaanMu yang tak terkalahkan, dan cahayaMu yang memenuhi seluruh penjuru ‘arsy, tolonglah diriku wahai Yang Maha Penolong, halangilah kejahatan perampok ini kepadaku”.

Abu Ma’laq mengulang do’a itu tiga kali dan mengakhiri sholatnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja seorang penunggang kuda yang nampak gagah datang mendekati mereka. Sepucuk tombak tampak terhunus di atas kepala keduanya. Dan ketika jaraknya sudah cukup, tombak itu pun menusuk tubuh perampok yang saat itu hampir saja membunuh Abu Ma’laq yang sudah selesai sholat. Perampok itu terbujur di tanah.

Abu Ma’laq yang keheranan pun bertanya, “siapakah engkau? Dan bagaimana engkau tiba-tiba bisa datang menyelamatkan diriku di tengah padang yang kosong yang jauh dari mana-mana ini?”

Sang penunggang kuda pun menjawab, “aku adalah malaikat dari langit yang keempat. Ketika engkau melantunkan do’amu pertama kali, aku mendengar di langit bunyi gemeretak seolah-olah dinding langit berderak retak. Ketika engkau mengulang do’a itu untuk kedua kali, langit berguncang dan penduduk langit menjadi riuh karena bertanya siapakah orang yang telah memanjatkan do’a yang sedemikian dahsyat hingga menggetarkan langit. Dan ketika engkau mengulang do’a itu untuk ketiga kalinya, aku mendengar bahwa do’a itu dipanjatkan oleh seorang hamba shalih yang tengah mendapat kedzaliman. Maka aku pun meminta izin kepada Allah untuk menolongmu dan Allah pun mengabulkan.

Setelah itu sang malaikat pun berderap kembali ke tengah gurun dan menghilang. Abu Ma’laq hampir saja tak dapat mempercayai apa yang ia lihat dan dengar. Namun, ternyata itula yang terjadi. Dia dan seluruh harta bendanya selamat. Maka Abu Ma’laq pun semakin meyakini bahwa Allah Maha Mendengar do’a setiap hamba-Nya yang shalih.

Dari kisah Abu Ma’laq di atas, dapat kita ambil banyak sekali hikmah. Salah satunya, Allah pasti akan mengabulkan do’a hamba-Nya yang berdo’a kepada-Nya. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an. Tetapi, mengapa do’a Abu Ma’laq bisa sampai menggetarkan langit? Tentulah karena ia adalah seorang yang shalih. Oleh karena itu, marilah kita mengintrospeksi diri. Bisa jadi, do’a kita belum dikabulkan karena diri kita yang masih berlumur dosa. Bisa jadi, do’a yang kita panjatkan belum sepenuh hati, hingga terdengar sampai langit pun tidak. Bisa jadi, do’a kita belum dikabulkan karena sedang ditunda untuk waktu yang lebih tepat yang hanya Allah yang mengetahuinya. Bisa jadi, do’a kita tidak dikabulkan karena apa yang kita minta dalam do’a itu bukan yang terbaik untuk kita. Wallahu a’lam bisshowaab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidakkah Kau Gelisah?

Meninggalkan 2022

Karakter Para Sahabat