Pandemi: Berkah atau Musibah?

Pandemi virus COVID-19 mulai menyebar di negeri tercinta, Indonesia, sejak akhir Maret 2019. Pandemi ini berhasil merubah segala aspek kehidupan bak badai besar yang datang menerjang dan memporak porandakan peradaban. Kini, hal-hal yang biasa dilakukan oleh manusia menjadi begitu terbatas karenanya. Kita tak bisa terus menerus menyalahkan pandemi, pandemi adalah bentuk peringatan dari Allah untuk kita. Ingatlah, selalu ada hikmah di balik musibah. Begitu banyak hikmah yang Allah titipkan kepada manusia melalui pandemi ini.

Virus COVID-19 menyebar dengan cepat dan masif di Nusantara. Dari banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan dan akhirnya menjadi pengangguran, sampai anak-anak yang kehilangan orangtua dan akhirnya menjadi yatim/piatu. Virus ini berbahaya. Banyak nyawa orang-orang tercinta kita yang direnggut olehnya. Tapi, tak banyak pula orang-orang yang beranggapan bahwa virus ini tak nyata adanya. Mereka bahkan menyebarkan bahwa virus ini hanyalah kepalsuan yang dibuat-buat untuk keuntungan bisnis dan politik. Di sinilah kita harus menentukan sikap dan peran, bagaimana kita akan menghadapi pandemi ini. Tentunya, selalu dengan syukur dan sabar.

Di masa pandemi ini, suara sirine ambulans sudah menjadi lagu keseharian bagi masyarakat. Bagaimana tidak, ambulans yang membawa orang sakit, berkali-kali melewati pemukiman dalam sehari. Siang dan malam. Tanpa henti. Pun dengan berita-berita duka di sosial media, hampir setiap hari selalu ada teman atau keluarga yang membagikan status berupa foto atau tulisan yang pada baris pertamanya bertuliskan “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”. Di sinilah Allah menguji kita. Apakah rasa syukur kita semakin meningkat atau tidak? Bersyukur atas nikmat sehat yang masih bisa dirasakan setiap harinya. Bersyukur atas kesempatan hidup yang masih diberikan setiap detiknya. Dengan begitu, bertambah pula kesempatan untuk berbuat baik dalam sisa umur selama di dunia.

Banyak sekali hal baik yang bisa kita lakukan sebagai perwujudan rasa syukur kita terhadap pandemi. Saat ini, semua pekerjaan dilakukan dari rumah. Baik anak maupun orangtua, semua bersekolah dan bekerja dari rumah. Di sinilah salah satu berkah pandemi yang jarang disadari, yaitu kebersamaan bersama keluarga di rumah. Hubungan antara anggota keluarga yang satu dan yang lainnya bisa terjalin lebih erat. Hal ini membuat saya sangat bersyukur. 1 tahun sudah saya melakukan aktivitas perkuliahan dari rumah. Mungkin teman-teman saya yang lain merasa begitu bosan dengan hal ini, tentu saja karena tidak bisa merasakan keseruan ngampus bersama teman-teman yang lain. Tapi, saya merasakan perasaan yang berbeda. Saya bersyukur atas pandemi ini. Karena di sisi lain, saya bisa membagi ilmu saya di sebuah sekolah dasar di kota tempat saya tinggal, saya bisa mengikuti banyak kajian online dari seluruh Indonesia hanya dengan bermodalkan paket data, saya pun bisa mengikuti berbagai kegiatan bermanfaat lainnya karena kesibukan ngampus hanya dirasakan dari pagi hingga siang hari dalam jaringan internet. Dan hal lain yang paling saya syukuri adalah, saya bisa merawat kedua orangtua saya ketika mereka dinyatakan terinfeksi virus COVID-19 sekitar 1 bulan yang lalu. Saya memiliki waktu yang lebih banyak untuk berbakti kepada orangtua saya.

Saya bukanlah seorang anak yang terlahir dari keluarga kaya raya. Ayah saya hanya seorang guru swasta dan ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu orang-orang yang terdampak pandemi. Karena saya pun merasakan dampak besarnya pada perekonomian keluarga kami. Yang bisa saya lakukan hanya berperilaku sebagai warga Negara yang baik. Mematuhi protokol kesehatan untuk membantu mengurangi penyebaran virus ini barang hanya sedikit. Selalu memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, dan selalu membawa hand sanitizer di dalam tas setiap bepergian. Menurut saya, ini adalah suatu kebaikan. Ya, kebaikan kecil yang bisa saya lakukan. Selain itu, setiap minggunya, saya hanya bisa membantu berdonasi untuk orang-orang yang membutuhkan dengan nominal yang bisa dibilang sedikit. Biasanya saya berdonasi melalui media sosial. Dengan media sosial, kita bisa mendapatkan banyak informasi mengenai donasi-donasi yang disalurkan oleh berbagai lembaga terpercaya. Jadi, media sosial tidak melulu hanya digunakan untuk melihat sisi lain dari kehidupan seseorang yang ia bagikan di akunnya. Media sosial pun bisa menjadi sumber kebaikan yang membawa manfaat. Hal kecil lainnya yang memiliki dampak besar adalah dengan tidak menyebarkan berita-berita negatif mengenai penyebaran virus COVID-19, vaksinasi, dan hal-hal lainnya. Terutama kepada masyarakat awam yang kemudian membuat mereka tak percaya bahwa virus ini nyata adanya. Di sini, kita harus bisa bersikap tegas. Kita bisa membantu mengedukasi orang-orang awam dengan membagikan informasi-informasi positif tentang kesehatan. Ini memang hal kecil, tapi dampaknya akan begitu luar biasa jika kita bisa berhasil teguh dan gigih dalam membantu bersikap positif.

Selain syukur, sikap lain yang harus dimiliki untuk menghadapi pandemi ialah sabar. Ya, bersabar atas segalanya. Bersabar atas cobaan yang Allah berikan kepada kita melalui pandemi. Dengan sabar, Allah menguji keimanan kita. Lantas Ia akan menaikkan derajat ketaqwaan kita. Semoga kita semua dapat mengambil segala hikmah yang Allah selipkan melalui pandemi ini. Aamiin allahumma aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidakkah Kau Gelisah?

Meninggalkan 2022

Karakter Para Sahabat